Minggu, 04 November 2007

TAUHID DAN PEMBAGIANNYA

1. Definisi Tauhid

1.1. Definisi Tauhid menurut bahasa

Kata kata tauhid terbentuk dari kata وحد yang dimuta’adikan dalam wazan tsulatsil majid فعّل menjadi وحّد يوحّد توحيدا yang berarti menganggap/menjadikan satu, dalam kitab At-Ta’rifat disebutkan

التوحيد فى اللغة: الحكم بأن الشئ واحد والعلم بأنه واحد

Tauhid menurut bahasa ialah hukum bahwa sesuaatu itu satu, dan ilmu bahwa sesuatu itu satu.

1.2. Definisi Tauhid menurut Istilah

Tauhid menurut istilah ialah kepercayaan bahwa Allah esa, sebagaimana diungkapkan Muhammad Thahir Badrie (1984:25) Menurut istilah ia bermakna bahwa di dunia ini hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah rabbul’alamin. Tidak ada yang disebut Tuhan atau dianggap sebagai Tuhan, atau dinobatkan sebagai Tuhan, selain Allah swt. Dan menurut Ahli Hakikat ialah mengosaongkan dzat ketuhanan daru segala pemahaman-pemahaman yang meragukan.

Secara garis besar arti Tauhid ialah meyakini bahwa Allah itu satu, sifat satu disini bukan satu yang seperti kita kenal dalam kehidupan, tetapi satu disini ialah satu yang tidak bisa dibagi lagi menjadi setengah, seperempat. Keesaan Allah tidak seperti sapu lidi yang terdiri dari batang-batang lidi yang diikat menjadi satu, sedangkan antara satu dan yang lainnya masih terpisah, keesaan Allah itu adalah esa yang tidak memiliki unsur-unsur lain sahingga tidak dapat dibagi.

Tauhid ini terkandung dalam kalimat syahadat, yaitu لا اله الا الله , sehingga kalimat tersebut disebut juga kalimat tauhid. Dalam kalimat tersebut kalau kita potong, maka kita akan mendapatkan dua unsur yaitu naïf dan itsbat. Makna nafi terdapat pada kalimat لا اله, yang berarti penafi-an atau peniadaan akan adanya Tuhan, dengan kata lain kita harus mengosongkan pikiran kita dan kepercayaan kita pada Tuhan manapun. Karena kata اله digunakan bukan kepada Allah saja, akan tetapi digunakan kepada semua benda/makhluk yang disembah. Seperti batu, pohon, candi, api dll. Dan makna itsbat terdapat pada kalimat الا الله yang berarti menetapkan bahwa Tuhan itu hanya Allah. Jadi setelah peniadaan akan adanya Tuhan kemudian diitsbatkan/ditetapkan hanya Allahlah Tuhan semesta alam.

Pemahaman dua penggalan kalimat tersebut tidak bisa dipisahkan, karena kalau dipisahkan akan menimbulkan pemahaman yang sangat keliru, yaitu pemahaman bahwa Tuhan itu tidak ada لا اله , karena dari itu pemahaman kita harus dilanjutkan kepada الا الله . sehingga menjadi sebuah pemahaman yang utuh dan benar, yaitu tiada Tuhan selain Allah.

2. Macam-macam Tauhid

Para ulama membagi tauhid ini menjadi dua macam yang masing-masingnya memiliki pembahasan yang berbeda akan tetapi memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Dua macam tauhid tersebut ialah tauhid rububiyah wal asma’ wash shifat dan tauhid uluhiyyah wal ‘ibadah.

2.1. Tauhid Rububiyyah wal Asma’ was Shifat

Tauhid rububiyyah wal asma’ wash shifat, kepercayaan bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah, (mohammad Thahir 1984:26) juga tentang nama-nama dan sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah swt. Syaikh Abdurrahman bin hasan dalam kitabnya Fathul majid mengatakan bahwa tauhid rububiyah wal asma wash shifat ialah penetapan hakikat dzat Allah swt sifat-Nya, perbuatan-Nya dan nama-nama-Nya.

Dalam arti lain pada tauhid ini hanya mempercayai dan meyakini bahwa Allah itu sebagai rabb, yang menciptakan langit, bumi beserta isinya. Karena kata rabb memiliki arti mengurus. Jadi dalam tauhid ini meyakini bahwa Allah swt lah yang menciptakan dan menggurus alam semesta ini.

Orang-orang kafir dan musyrik arabpun memiliki tauhid ini, karena mereka percaya akan ketuhanan Allah. Akan tetapi mereka menyembah dan berlindung kepada yang lainnya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an:

ûÈõs9ur NßgtFø9r'y ô`¨B öNßgs)n=yz £`ä9qà)us9 ª!$# ( 4¯Tr'sù tbqä3sù÷sムÇÑÐÈ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", Maka Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?,” (Q.S Az Zukhruf: 87)

2.2. Tauhid Uluhiyyah wal ‘Ibadah

Allah swt berfirman:

ö/ä3ßg»s9Î)ur ×m»s9Î) ÓÏnºur ( Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ß`»yJôm§9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÊÏÌÈ

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al Baqarah: 163)

Tauhid Uluhiyyah wal ‘Ibadah ialah kepercayaan untuk menetapkan sifat ketuhanan itu hanyalah milik Allah belaka dengan penyaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang dilahirkan dengan mengucapkan kalimat thayibah لا اله الا الله (mohammad Thahir 1984:25).

Dalam tauhid ini terdapat keyakinan yang meyakini bahwa Allah adalah اله, karena itu konsekuensi dari tauhid ini adalah beribadah kepada-Nya. Syaikh Abdurrahman bin Hasan dalam kitabnya, mengutip perkataan syaikhul Islam –Ibnu Qayyim- bahwa tauhid yang dibawa oleh para rasul itu mengandung ketetapan sifat ketuhanan hanya bagi Allah saja, dengan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Ibnu Qayyim menjelaskan konsekuensi dari syahadat dengan

Ø Tidak beribadah kecuali kepada Allah,

Ø tidak bertawakal kecualai kepada Allah,

Ø tidak berlindung kecuali kepada Allah, dan

Ø tidak beramal kecuali karena ketentuan Allah.

Dalam tauhid inilah seluruh makhluk dituntut untuk membuktikan tauhidnya dengan cara beribadah kepada-Nya. Maka dalam tauhid ini pula kemudian kita akan mengenal wajib, mubah, mandub, haram, halal dan sebagainya. Karena yang dinamakan ibadah ialah

اسم جامع لكل مايحبه الله ويرضه

“Segala sesuatu –amalan dan ucapan- yang disukai dan diridhoi oleh Allah swt”.

Karena dari itu dalam tauhid ini, kita sebagai hamba-hamba-Nya tidak bisa sembarangan –seenak sendiri- dalam melakukan ritual ibadah apalagi yang mahdhah. Karena belum tentu yang kita sukai dan kita anggap baik itu baik pula menurut Allah swt. Oleh karena itu para ahli ushul fiqih berpendapat, asalnya itu ibadah terlarang kecuali ada dalil yang menunjukkan perintah atau larangan untuk mengerjakannya. Seperti kita tidak bisa sembarangan melakukan shalat kapanpun, kecuali telah diperintah oleh Allah swt melalui Rasulnya.

Dengan kata lain, dalam Tauhid ini kita memerlukan bimbingan dan petunjuk dari Rasulullah yang diutus oleh-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Ø AL-QUR’ANUL KARIEM

Ø Abdurrahman bin Hasan, FATHUL MAJIED syarhu kitabit tauhid. Arriaasah al’aamah lil idaraatil buhutsul ‘ilmiyyah wal iftaa-I wad da’wati wal irsyad. Riyadl, 1411 H.

Ø Ali bin Muhammad, AT-TA’RIFAT. 1938

Ø Mohammad Thahir Badrie, SYARAH KITAB AT-TAUHID Muhammad bin abdul wahab. Pustaka Panjimas. Jakarta, 1984

Ø Muhammad bin Jamil. Arkaanul Islam wal Iman. Jami’ah Ihya at-Turaatsil Islamy. 1408 H

Tidak ada komentar: